Thursday, 17 April 2014

“Singa Padang Pasir”!!!


Salahudin Al Ayubi “Singa Padang Pasir”






Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai “Saladin” di dunia barat, merupakan panglima perang Muslim yang dikagumi kepiawaian berperang serta keshalihannya baik kepada kawan dan lawan-lawannya. Keberanian dan kepahlawanannya tercatat sejarah di kancah perang salib.


Julai 1192 sepasukan muslim dalam perang salib menyerang pasukan salib diluar benteng kota Jaffa, termasuk didalamnya ada  Raja Inggris, Richard I. 

Raja Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim dengan berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbandingan pasukan muslim dengan Kristian adalah 4:1. 

 Salahudin Al Ayubi yang melihat Richard dalam keadaan seperti itu berkata kepada saudaranya : ” Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah ambil kuda arab ini dan berikan kepadanya, seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki “. 

Fragmen diatas dicatat sebagai salah satu karakter yang pemurah dari Salahudin, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Walaupun sedang diatas angin tetap berlaku adil dan menghormati lawan-lawannya.


Sejarah Hidup Salahudin




Salahudin lahir disebuah kota di Takreet tepi sungai Tigris (daerah Iraq) tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Bernama asli Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya Najm ad-Din masih keturunan suku Kurdis dan menjadi pengelola kota itu. 

Setelah kelahiran Salahudin keluarga Najm-ad-Din bertolak ke Mosul, akibat ada konflik didalam kota. Di Mosul , keluarga Najm bertemu dan membantu Zangi, seorang penguasa arab yang mencoba menyatukan daerah-daerah muslim yang terpecah menjadi beberapa kerajaan seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus.

Zangi berhasil menguasai Suriah selanjutnya Zangi bersiap untuk menghadapi serbuan tentera Salib dari Eropah yang telah mulai memasuki Palestin. Zangi bersama saudaranya; Nuruddin menjadi mentor bagi Salahudin kecil yang mulai tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga kesatria. 

Dari kecil sudah mulai terlihat karakter kuat Salahudin yang rendah hati, santun serta penuh belas kasih. Zangi meninggal digantikan Nuruddin. 

Paman Salahudin, Shirkuh kemudian ditunjuk untuk menakluki Mesir yang saat itu sedang dikuasai dinasti Fatimiyah. Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat dikuasai.  Shirkuh kemudian meninggal. 

Selanjutnya Salahudin diangkat oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh.

Salahudin yang masih muda dan dinggap “hijau” ternyata mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan bala tentara Salib. 

Berkali-kali serangan pasukan Salib ke Mesir dapat Salahudin patahkan. Akan tetapi keberhasilan Salahudin dalam memimpin mesir mengakibatkan Nuruddin merasa khuatir di saingi. 

Akibatnya hubungan mereka memburuk. Nuruddin mengirimkan pasukan untuk menakluki Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan dibatalkan. 

Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda. Salahudin berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan belasungkawa. Kedatangannya  disambut dan  dialu-alukan. 

 Salahudin yang santun berniat untuk menyerahkan kekuasaan kepada raja yang baru dan masih belia ini. Pada tahun itu juga raja muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.

Salahudin dan Perang Salib

Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fasa kedua dengan dikuasainya Jurussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu menaklukan Damaskus dan Cairo. 

Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin dengan Raja Jurussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.

Perang salib yang disebut-sebut sebagai fasa ketiga dipicu oleh penyerangan pasukan Salib terhadap rombongan penziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kota di Kerak yang merupakan sebahagian dari Kerajaan Jerussalem. 

Seluruh rombongan kafilah ini dibantai termasuk saudara perempuan Salahudin. Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara Damaskus dan Yerussalem. 

Mac 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin menyerukan Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menakluki benteng-benteng pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.


Perang Hattin terjadi di bulan Julai yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah 25000 orang mengepung tentera salib di daerah Hattin yang menyerupai tanduk. 

Pasukan muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri) sisanya adalah pasukan jalan kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalkan panas terik di padang pasir. 

Mereka terurus dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibahagi menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and run.


Pasukan salib terdiri atas tiga bahagian. Bahagian depan pasukan adalah pasukan Hospitaler, bahagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bahagian belakang adalah pasukan ordo Knight Templar yang dipimpin Balian dari Ibelin. 

 Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropah lainnya. Seperti umumnya tentera Eropah mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang sebetulnya tidak sesuai digunakan di perang padang pasir.



Salahudin  memanfaatkan keadaan ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan. 

 Besok paginya Salahudin membahagikan anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya untuk menghambat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. 

Saat peperangan berlangsung dengan keadaan suhu yang panas hampir semua pasukan salib tewas. Raja Jerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai kafilah kaum muslimin langsung dipancung. 

Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.



Menuju Jerussalem

Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Jerussalem. Dalam pembebasan kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan ketenteraan. 

Pasukan Salahudin mengepung Kota Jerussalem , pasukan salib di Jerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. 

Jerussalem diserahkan ke tangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum Kristian dan Yahudi. 

Fragmen ini di abadikan  dalam film “Kingdom Of Heaven” arahan sutradara Ridley Scott. 

Tanggal 27 Rejab 583 Hijriah atau bertepatan dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota Jerussalem.




Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang menarik, yang kurang lebih seperti ini :

Balian : ”Saya serahkan kunci kota Jerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat  menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim”

Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”

Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahawa anda akan menepati janji anda ?” 

(Balian masih ingat saat-saat Jerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, ramai penduduk  muslim yang dibunuh sampai kota Jerussalem sesak oleh mayat, dan Balian khuatir Salahudin melakukan hal yang sama )

Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati janji, Insya Allah ..saya adalah Salahudin saya bukan seperti orang-orang anda”. 
…………………………………………………………

Di Jerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih. Masjid Al-Aqsa dan Masjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristian diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin berkata :

” Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain”. 

Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal penaklukan kota Jerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Jerussalem digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibunuh. 

Sikap Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran Islam.

Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di masjid kecil bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya boleh menampung kurang dari 6 orang.

Walaupun  sebagai raja besar dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta korupsi.


Salahudin berhasil mempertahankan Jerussalem dari serangan musuh besarnya Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung Jerussalem Disember 1191 hingga Julai 1192. 

Namun penyerangan-penyerangannya dapat digagalkan oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. 

Saat Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan hadiah serta team perubatan kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa berhasil mengalahkan Salahudin.

Sepanjang sejarah Jerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak ditakluki Salahudin, Jerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah Perang Dunia I, Jerussalem jatuh ketangan Inggeris yang kemudian diserahkan ke tangan Israel.

Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di berek tentera bersama para prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. 

Salahudin meninggal dunia 4 Mac 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazah terkejut kerana ternyata Salahudin  tidak memiliki harta. 

Ia hanya memiliki selembar kain kafan yang selalu di bawanya dalam setiap perjalanan dan wang bernilai 66 dirham nasirian (mata wang Suriah waktu itu).

Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang sebagai pahlawan besar yang penuh sikap murah hati.
Disadur dari GREAT COMMANDERS OF THE BATTLE FIELDS

No comments: