Saturday, 10 October 2015

Muliakanlah Anak Perempuanmu!



“Barangsiapa yang diberi cubaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, 
maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari 
api neraka,” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629).

ANAK laki-laki ataupun perempuan sama saja. 
Tetapi tahukah Anda, Rasul menyebutkan sebuah kecenderungan orang tua yang menyukai seorang 
anak laki-laki. Sebagaimana dikatakan Rasulullah 
dalam hadits ‘Aisyah :

Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah 
SAW menyebutnya sebagai ibtila’ (cubaan), kerana biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)

Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang boleh 
berasa sangat terhina dengan lahirnya anak 
perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman 
Allah  SWT:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak kerana buruknya berita yang disampaikan kepadanya. 

Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkan
nya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” 
(An-Nahl: 58-59)

Islam sangat memuliakan anak perempuan. Allah 
SWT yang menganugerahkan anak perempuan telah menjanjikan syurga bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya.

‘Aisyah pernah mengatakan: Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya tiga butir kurma. Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu buah lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. 

Namun  kedua anak itu meminta kurma tersebut, maka 
si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat menakjubkanku sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah. 

Baginda  bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya syurga dan membebaskannya 
dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630)

Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah juga menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka dengan 
baik kelak pada hari kiamat:

“Barangsiapa yang mencukupi keperluaan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan aku dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulkan jari jemarinya. (HR. Muslim no. 2631).

Al-Imam An-Nawawi  menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178)

Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang sahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir  pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 56: “Shahih”)

Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala kebaikan dan keburukan. Sehingga 
dia memerlukan pengajaran, pendidikan adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam. 

Maka hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang tak berdaya ini, hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak. Tidak mengerti urusan agama mahupun dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, hal. 25)

Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya tetap memberikan panduan dan nasihat yang baik. Ini dapat kita lihat dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq , dalam peristiwa turunnya ayat tayammum. Diceritakan peristiwa ini oleh ‘Aisyah:

“Kami pernah keluar bersama Rasulullah  dalam salah satu safarnya. Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku hilang. Rasulullah pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang pun turut singgah bersama beliau dalam keadaan tidak ada air di situ. 

Lalu orang-orang pun menemui Abu Bakar sambil mengeluhkan, “Tidakkah engkau lihat perbuatan ‘Aisyah? 

Dia membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak membawa air.” Abu Bakar segera mendatangi ‘Aisyah. Sementara itu Rasulullah sedang tidur sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. 

Abu Bakar berkata, “Engkau telah membuat Rasulullah dan orang-orang singgah di tempat yang tidak berair, padahal mereka juga tidak membawa air!” 

Aisyah melanjutkan, “Abu Bakar pun mencelaku dan mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang mencegahku untuk bergerak kerana rasa sakit, kecuali kerana Rasulullah sedang tidur di pangkuanku. 

Keesokan harinya, Rasulullah bangun dalam keadaan tidak ada air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang pun melakukan tayammum. 

Usaid ibnul Hudhair pun berkata, “Ini bukanlah barakah pertama yang ada pada kalian, wahai keluarga Abu Bakar.” 

‘Aisyah berkata lagi, “Kemudian kami heret unta yang kunaiki, ternyata kami temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim no. 267)

Al-Imam An-Nawawi  mengatakan bahawa di dalam hadits ini terkandung ta`dib (pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan, perbuatan, pukulan, dan sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib(pendidikan adab) terhadap anak perempuan walaupun dia telah dewasa, bahkan telah menikah dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58).

Jadi, punya anak perempuan? Bersyukur, dan muliakanlah ia. [islampos/assyariah]

No comments: