Thursday, 2 October 2014

AHLUL BAIT ALAWIYYIN HADRAMAUT!!!



Hadramaut adalah suatu daerah yang terletak di Timur Tengah, tepatnya di kawasan seluruh pantai Arab Selatan dari mulai Aden sampai Tanjung Ras al-Hadd. 

Menurut sebagian orang Arab, Hadramaut hanyalah sebahagian kecil dari Arab Selatan, iaitu daerah pantai di antara pantai desa-desa nelayan Ain Ba Ma’bad dan Saihut beserta daerah pergunungan yang terletak di belakangnya. 

Penamaan Hadramaut menurut penduduk adalah nama seorang anak dari Qahthan bin Abir bin Syalih bin Arfahsyad bin Sam bin Nuh yang bernama Hadramaut, yang pada saat ini nama tersebut disesuaikan namanya dengan dua kata arab hadar dan maut.

Saiun merupakan kota terpenting di Hadramaut pada abad ke 19, kota terbesar yang merupakan ibukota protektorat terletak 320 km dari Mokalla’. Ia juga sering dijuluki ‘Kota Sejuta Pohon Kurma’ kerana luasnya perkebunan kurma di sekitarnya.

Kota lain di sebelah Timur Syibam adalah Tarim, yang terletak sekitar 35 km di Timur Saiun.

Tarim merupakan pusat Mazhab Syafi’i. Antara abad ke 17 dan abad ke 19 telah terdapat lebih dari 365 masjid. Kota Tarim atau biasa dibaca Trim termasuk kota lama. Nama Tarim, menurut satu riwayat diambil dari nama seorang raja yang bernama Tarim bin Hadramaut. Dia juga disebut dengan Tarim al-Ghanna atau kota Tarim yang rendang kerana banyak pepohonan dan sungai.


Khalifah Abu Bakar mendoakan penduduk Tarim dengan tiga permintaan: (1) agar kota tersebut makmur, (2) airnya berkat, dan (3) dihuni oleh banyak orang-orang saleh.

Diceritakan bahwa pada kota Tarim terdapat tiga keberkatan: (1) keberkatan pada setiap masjidnya, (2) keberkatan pada tanahnya, (3) keberkatan pada pergunungannya. 

Keberkatan masjid yang dimaksud adalah setiap masjid di kota Tarim pada waktu sesudah perpindahan Ba’alawi menjadi universiti-universiti yang melahirkan ulama-ulama terkenal pada masanya


Naqib dan Munsib

Di lembah yang terletak antara Syibam dan Tarim dengan Saiun di antaranya terdapat lebih dari sepertiga penduduk Hadramaut. Dari sini pula kebanyakan orang Arab di Indonesia. Di antara penduduk Hadramaut terdapat kaum Alawiyin yang lebih dikenal dengan golongan Sayid. 

Golongan syed sangat besar jumlah anggotanya di Hadramaut terutama di kota Tarim dan Saiun, mereka membentuk kebangsawanan beragama yang sangat dihormati, sehingga secara moral sangat berpengaruh pada penduduk. 

Mereka terbahagi dalam keluarga-keluarga (qabilah), dan banyak di antaranya yang mempunyai pemimpin turun temurun yang bergelar munsib.

Munsib merupakan perluasan dari tugas ‘Naqib’ yang mulai digunakan pada zaman Imam Ahmad al-Muhajir sampai zaman Syekh Abu Bakar bin Salim. Seorang ‘naqib’ adalah mereka yang terpilih dari anggota keluarga yang paling tua dan alim.

Setelah Syekh Umar Muhdhar wafat, jabatan ‘naqib’ dipegang oleh Syekh Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar al-Sakran, Syekh Abu Bakar al-Adeni Alaydrus, Sayid Ahmad bin Alwi Bajahdab, Sayid Zainal Abidin Alaydrus. 


Menurut Syekh Ismail Yusuf al-Nabhani dalam kitabnya ‘Al-Saraf al-Muabbad Li Aali Muhammad’ berkata: 


“Salah satu amalan yang khusus yang dikerjakan oleh keluarga Rasulullah, adanya ‘naqib’ yang dipilih di antara mereka”. 


Naqib dibahagi menjadi dua, yaitu:


(Naqib Umum ( al-Naqib al-Am ), dengan tugas:
Menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara keluarga.


Menjadi ayah bagi anak-anak dari keluarga yatim
Menentukan dan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang telah membuat suatu kesalahan atau menyimpang dari hukum agama.


Mencarikan jodoh dan menikahkan perempuan yang tidak punya wali.



Naqib Khusus (al-Naqib al-khos), dengan tugas:


Menjaga salasilah keturunan suatu kaum.


Mengetahui dan memberi legitimasi terhadap nasab seseorang.


Mencatat nama-nama anak yang baru lahir dan yang meninggal.


Memberikan pendidikan akhlaq kepada kaumnya.


Menanamkan rasa cinta kepada agama dan melarang untuk berbuat yang tidak baik.


Menjaga keluarga dari perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama.


Menjaga keluarga dari bergaul kepada mereka yang mempunyai akhlaq rendah demi kemuliaan diri dan keluarganya.


Mengajarkan dan mengarahkan keluarga tentang kebersihan hati.


Menjaga orang yang lemah dan tidak menzaliminya.


Menahan perempuan-perempuan mereka menikah kepada lelaki yang tidak sekufu’.


Menjaga harta yang telah diwakafkan dan membahagi hasilnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.


Bertindak tegas dan adil kepada siapa saja yang berbuat kesalahan.


Dewan naqabah terdiri dari sepuluh anggota yang dipilih. Setiap anggota mewakili kelompok keluarga atau suku dan dikukuhkan lima orang sesepuh suku itu dan menjamin segala hak dan kewajiban yang dibebankan atas wakil mereka. 


Dewan yang terdiri dari sepuluh anggota ini mengatur segala sesuatu yang dipandang perlu sesuai kepentingan, dan bersesuaian pula dengan ajaran syari’at Islam serta disetujui oleh pemimpin umum. 


Apabila keputusan telah ditetapkan maka diajukanlah kepada pemimpin umum (naqib) untuk disahkan dan selanjutnya dilaksanakan.


Dari waktu ke waktu tugas ‘naqib’ semakin berat, hal itu disebabkan banyak keluarga dan mereka menyebar ke berbagai negeri yang memerlukan perjalanan berhari-hari untuk bertemu ‘naqib’ jika mereka hendak bertemu untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Untuk meringankan tugas ‘naqib’ tersebut, maka terbentuklah ‘munsib.


Sebahagaian besar munsib Alawiyin muncul pada abad sebelas dan abad ke dua belas hijriah, diantaranya keluarga bin Yahya mempunyai munsib di al-Goraf, keluarga al-Muhdar di al-Khoraibah, keluarga al-Jufri di dzi-Asbah, keluarga al-Habsyi di khala’ Rasyid, keluarga bin Ismail di Taribah, keluarga al-Aidrus di al-Hazm, Baur, Salilah, Sibbi dan ar-Ramlah, keluarga Syekh Abu Bakar di Inat, keluarga al-Attas di al-Huraidah, keluarga al-Haddad di al-Hawi dan keluarga Aqil bin Salim di al-Qaryah.


Keluarga golongan sayid.


Keluarga golongan Sayid yang berada di Hadramaut adalah:


AL-Assaqaf
AL-Atthas
AL-Aljufri
AL-ben Yahya
AL-Aydrus
AL-Junaid
AL-Jamalullail
AL-Ghumry
dll….


Artikel ini bukanlah bertujuan untuk mengagungkan golongan sayid.Cuma sekadar untuk pengetahuan sesuai dengan hadis nabi.



Hadis Ibnu Mas‘ud

Maksudnya: Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekumpulan anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terpandang akan mereka, maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah baginda berubah. Aku pun bertanya, “Mengapa kami melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?”

Baginda menjawab, “Kami Ahlul Bait telah Allah pilih untuk kami Akhirat lebih dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran selepasku kelak sehinggalah datang suatu kaum dari sebelah Timur dengan membawa bersama-sama mereka panji-panji berwarna hitam. 


Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan beroleh kejayaan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu tetapi mereka tidak menerima sehinggalah mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabat ku yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagai mana ia dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa di antara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salji. Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.”


(Riwayat Ibnu Majah) (Lihat kitab Al Hawi lil Fatawa, m.s. 71-72)



Dari Ibnu Umar bahawa Nabi SAW telah mengambil tangan Saidina Ali ra dan bersabda:

“Akan keluar dari sulbi ini pemuda yang akan memenuhi dunia dengan keadilan (Al Mahdi). Bila mana kamu melihat yang demikian itu, maka wajib kamu mencari Pemuda dari Bani Tamim itu, dia datang dari sebelah Timur dan dia adalah pemegang bendera Al Mahdi“ dari Al Hawi Lil Fatawa oleh Imam sayuti.


Kecintaan dan Kasih Sayang Kepada Ahlul Baiyt

Nabi s.a.w.bersabda, “Yang terbaik diantara kamu sekalian ialah yang terbaik perlakuaannya terhadap ahlulbaiytku, setelah aku kembali kehazirat Allah.” (Hadis Sahih dari Abu Hurairah r.a. diriwayatkan oleh al-Hakim, Abu Ya’la, Abu Nu’aim dan Addailamiy) 

No comments: