Saturday, 15 June 2013

JAGALAH JANTUNG KAU ORANG!!!JANGAN DIIKUTKAN HATI YANG SEDIH!!!



Awas!! Patah Hati Bisa Sebabkan Penyakit Jantung Koroner.




Patah Hati boleh Sebabkan Penyakit Jantung Koroner. Seorang pesakit wanita berusia 50 tahun lebih datang ke unit rawatan rapi dengan keluhan ngilu di dada disertai keringat dingin. Keluarga yang mendampingi menyampaikan bahawa suami pesakit baru meninggal dunia lima hari sebelumnya.

Keluhan, evaluasi ekokardiografi (EKG), dan peningkatan kadar enzim jantung sesuai dengan manifestasi klinikal penderita serangan jantung. Pesakit kemudian dirawat di ICU dan mendapat pengubatan sebagaimana layaknya pesakit yang mengalami serangan jantung.

Setelah keadaan stabil, tiga hari kemudian, pesakit menjalani pemeriksaan angiografi koroner (kateterisasi jantung). Ternyata tidak didapatkan kelainan ataupun penyempitan pada pembuluh koroner (pembuluh nadi jantung).

EKG memperlihatkan ada pembesaran jantung kiri disertai penurunan kekuatan pam. Pesakit tersebut kemudian didiagnosis mengalami sindrom patah hati.

Definisi
Tidak berlebihan kalau orang yang patah hati digambarkan dengan lukisan jantung yang terbelah. Faktanya, jantung berpotensi mengalami masalah serius kerana keadaan patah hati atau kesedihan mendalam.

Dalam terminologi medik, patah hati bukan sekadar masalah seseorang yang mengalami putus cinta, melainkan kehilangan seseorang yang sangat dicintai, seperti suami, istri, anak/cucu, atau sahabat karib.

Penyakit berat nonkardiak (masalah primernya bukan pada jantung) juga boleh menjadi pencetus kelainan ini. Fenomena  ini dikenal dengan nama stress cardiomyopathy, broken heart syndrome (sindrom patah hati), atau kardiomiopati takotsubo.

Dalam bahasa Jepun, takot- subo adalah nama perangkap yang digunakan para nelayan untuk menangkap cumi-cumi. Diberi nama demikian karena bentuk jantung para penderita menggelembung menyerupai perangkap cumi-cumi.

Kelainan ini 90 persen dialami perempuan, khususnya yang telah mengalami menopause.
Mekanisme

Peningkatan kadar hormon adrenalin dan noradrenalin dalam tubuh, yang dicetuskan oleh adanya stres fizik dan psikis berat, merupakan penyebab utama kelainan ini. Dari berbagai laporan disebutkan, kadar noradrenalin meningkat pada lebih dari 75 persen kes. Peningkatannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kadar pada penderita serangan jantung.

Peningkatan kadar noradrenalin yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya spasme (kejang), yakni pengecilan diameter pembuluh nadi jantung atau mikrovaskular, sehingga mengganggu  aliran darah ke otot jantung. Hal ini pada akhirnya berpotensi menimbulkan kerosakan otot jantung. Selain itu, noradrenalin yang berlebihan secara langsung bersifat toksik terhadap otot jantung.


Namun, masih belum ada penjelasan memuaskan mengapa yang mengalami gangguan paling berat adalah bahagian puncak  dari ventrikel kiri. Adapun bahagian dasar tetap normal sehingga jantung menggelembung.

Hipotesis yang ditawarkan adalah, tidak seperti bahagian lain di jantung, bahagian puncak jantung tidak memiliki tiga lapisan (endokardium, miokardium, dan epikardium) sehingga lebih tipis dan kurang elastik.

Keadaan ini memudahkan penderita mengalami iskemia karena sirkulasi darah pembuluh koroner relatif berkurang dan lebih peka terhadap stimulasi adrenergik. Hal ini diduga berperanan terhadap peningkatan sensitiviti bahagian puncak terhadap peningkatan kadar hormon adrenalin dan noradrenalin.

Komplikasi

Meskipun sebagian besar penderita penyakit ini dapat pulih seperti sediakala, komplikasi yang mematikan dapat terjadi. Komplikasi berat yang dilaporkan adalah bengkak pada paru, kelainan irama jantung ganas, shock kardiogenik, disfungsi katup mitral, pembentukan bekuan darah, stroke, hingga kematian. Dengan pengubatan yang tepat, sebahagian besar pesakit dapat diselamatkan dan pulih seperti sediakala.

Sindrom patah hati perlu diwaspadai. Sering kali para anggota keluarga mengabaikan keluhan penderita kelainan ini kerana menganggap hanya respons psikologis wajar akibat kehilangan pasangan hidup atau orang yang amat dikasihi.

No comments: