Saturday 23 January 2016

Apakah Nabi Adam Manusia Pertama Yang Hidup Di Muka Bumi Ini?


Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahawa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini.

Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia yang disebut sebagai “insan atau Nisnas” sekalipun kita tidak memiliki informasi yang kukuh berkait dengan hal-halnya secara detail,  tipologi personal dan model kehidupan mereka.

Kerana itu, mungkin saja tatkala penciptaan Adam juga masih terdapat beberapa orang dari generasi sebelumnya sebagaimana sebahagian ulama menyebutkan hal ini dalam menjelaskan pernikahan anak-anak Adam.

Kita tidak menjumpai teks-teks agama yang menetapkan bahawa Adam adalah manusia kedua atau ketiga atau kedelapan di muka bumi. Benar bahawa terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan bahawa generasi Nabi Adam adalah setelah tujuh periode dan tujuh generasi semenjak penciptaan Adam. Namun boleh jadi riwayat-riwayat ini khusus menyentuh banyaknya periode-periode masa lalu.

Syaikh Shaduq dalam al-Khishâl, meriwayatkan dari Imam Baqir As yang berkata, “Allah Swt semenjak menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di dalamnya (kemudian punah) dimana tidak satu pun dari alam-alam ini berasal dari generasi Adam Bapak Manusia dan Allah Swt senantiasa menciptakan mereka di muka bumi dan mengadakan generasi demi generasi dan alam demi alam muncul hingga akhirnya, menciptakan Adam Bapak Manusia dan keturunannya berasal darinya.

Adapun berkait dengan pertanyaan apakah mereka juga merupakan nabi atau nabi-nabi dan termasuk sebagai manusia-manusia pintar atau tidak? 

Kita tidak menemukan penjelasan tentang hal ini dalam ayat-ayat al-Quran dan riwayat-riwayat. Namun mengingat bahawa mereka sama dengan kita, manusia (atau Nisnas) maka dari sisi ini kita serupa dengan mereka. Dan tentu saja mereka memiliki kecerdasan dan boleh jadi dapat dikatakan bahawa untuk membimbing mereka diutuslah nabi atau nabi-nabi kepada mereka.

Dengan memanfaatkan al-Quran dan riwayat-riwayat secara pasti dapat dikatakan bahawa sebelum Nabi Adam terdapat generasi atau beberapa generasi yang mirip dengan manusia  disebut sebagai “insan atau bangsa Nisnas” walaupun terkait dengan hal-hal detailnya,  tipologi personal dan model kehidupan mereka, kita tidak memiliki informasi yang kukuh.

Allamah Thabathabai berkata, “Dalam sejarah Yahudi disebutkan bahawa usia jenis manusia semenjak diciptakan hingga kini tidak lebih dari tujuh ribu tahun lamanya...namun para ilmuan Geologi meyakini bahawa usia  manusia lebih dari jutaan tahun lamanya. 

Mereka menyandarkan sejumlah argumen untuk dari fosil-fosil yang menyebutkan bahawa terdapat peninggalan manusia-manusia pada fosil-fosil tersebut. Di samping itu, mereka juga menyertakan dalil-dalil skeleton (tengkorak) yang telah membatu milik manusia-manusia purbakala yang usianya masing-masing dari fosil dan skeleton itu ditaksir, berdasarkan kriteria-kriteria ilmiah, kira-kira lebih dari lima ratus ribu tahun. 

Demikian keyakinan mereka. Namun dalil-dalil yang mereka suapkan tidak memuaskan. Tidak ada dalil yang dapat menetapkan bahawa fosil-fosil ini adalah badan yang telah membatu milik nenek moyang manusia-manusia hari ini. 

Demikian juga tidak ada dalil yang dapat menolak kemungkinan ini bahawa tengkorak-tengkorak yang telah membatu ini berhubungan dengan salah satu dari periode manusia-manusia yang hidup di muka bumi, kerana boleh jadi demikian adanya, dan boleh jadi tidak. 

Ertinya periode kita manusia-manusia boleh jadi tidak bersambung dengan periode-periode fosil-fosil yang telah disebutkan, bahkan boleh jadi berhubungan degan manusia-manusia yang hidup di muka bumi sebelum penciptaan Adam Bapak Manusia (Abu al-Basyar) dan kemudian punah. 

 Demikian juga kemunculan manusia-manusia yang kepunahannya berulang, hingga setelah beberapa periode tibalah giliran generasi manusia masa kini.[1]

Kerana itu, dapat disimpulkan bahawa terdapat manusia sebelum penciptaan Adam dan setelah manusia Adam ditemukan kemudian malaikat ditugaskan untuk sujud kepadanya.[2]

Hanya saja al-Quran tidak menyebutkan secara tegas tentang proses kemunculan manusia di muka bumi, apakah kemunculan jenis makhluk ini (manusia) di muka bumi terbatas hanya pada periode sekarang yang kita hidup di dalamnya, atau periode-periode yang banyak dan periode kita manusia-manusia sekarang ini merupakan periode terakhir?

Meskipun mungkin sebahagian ayat al-Quran menerangkan bahawa sebelum penciptaan Adam As terdapat manusia-manusia yang hidup dimana para malaikat dengan ingatan fikiran mereka tentang manusia, bertanya kepada Allah Swt: 

“Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah” [3] dimana dapat disimpulkan dari ayat ini bahawa terdapat masa yang telah berlalu sebelum penciptaan Nabi Adam.[4]

Namun terdapat beberapa riwayat dari para Imam Ahlulbait As yang sampai kepada kita menegaskan bahawa sebelum generasi ini, terdapat generasi-generasi sebelumnya yang telah punah dan riwayat-riwayat ini menetapkan periode-periode manusia sebelum periode yang ada sekarang ini.

Sebagai contoh kita akan menyebutkan sebuah hadis berikut ini:

Penyusun Tafsir Ayyasyi meriwayatkan dari Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Salim dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Apabila malaikat-malaikat tidak melihat makhluk-makhluk bumi sebelumnya, yang menumpahkan darah lantas dari mana mereka dapat berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerosakan di dalamnya dan menumpahkan darah?”[5]

Adapun sehubungan dengan apakah Adam merupakan manusia kedelapan di muka bumi ini harus dikatakan bahawa kita tidak menjumpai teks-teks agama yang menetapkan bahawa Adam adalah manusia kedelapan di muka bumi. 

Benar terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan bahawa generasi Nabi Adam setelah tujuh periode dan tujuh generasi semenjak penciptaan Adam. Namun boleh jadi riwayat-riwayat ini khusus menyentuh tentang banyaknya periode-periode masa lalu. 

Misalnya Syaikh Shaduq dalam al-Khishâl, meriwayatkan dari Imam Baqir As yang bersabda, “Allah Swt semenjak menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di dalamnya (kemudian punah) dimana tidak satu pun dari alam-alam ini berasal dari generasi Adam Bapak Manusia dan Allah Swt senantiasa menciptakan mereka di muka bumi dan mengadakan generasi demi generasi dan masing-masing, alam demi alam muncul hingga akhirnya, (Allah Swt) menciptakan Adam Bapak Manusia dan keturunannya berasal darinya.[6]

Boleh jadi riwayat-riwayat ini dengan memperhatikan riwayat-riwayat lainya yang menetapkan periode-periode yang banyak pada masa silam, tengah menyinggung tentang banyaknya periode pada masa silam; misalnya Syaikh Shaduq dalam kitab Tauhid mengutip riwayat dari Imam Shadiq As yang bersabda, 

“Kalian mengira bahawa Allah Swt tidak menciptakan manusia lain selain kalian. Bahkan (Allah Swt) menciptakan ribuan ribuan Adam dimana kalian adalah generasi terakhir Adam dari generasi-generasi Adam (lainnya).”[7]

Demikian juga dalam al-Khisâl diriwayatkan dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Allah Swt menciptakan dua belas ribu alam yang masing-masing (dari dua belas ribu itu) lebih besar dari tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Tiada satu pun dari penghuni satu alam pernah berfikir bahawa Allah Swt menciptakan alam lainya selain alam (yang ia huni).”[8]

Akan tetapi sebagaimana yang Anda perhatikan riwayat terakhir menyentuh tentang penciptaan alam-alam dan boleh jadi alam-alam tersebut berada di luar planet bumi dan kita dapat memandang riwayat-riwayat yang menyebutkan tentang tujuh periode sebelumnya di muka bumi itu tidak bertentangan satu sama lain,namun 
(dengan asumsi adanya manusia-manusia sebelum Adam) apakah tatkala penciptaan Nabi Adam As manusia dari generasi manusia-manusia sebelumnya masih tersisa?

Dengan memperhatikan beberapa indikasi bukan mustahil bahawa pada masa penciptaan Adam terdapat orang-orang dari generasi-generasi sebelumnya yang masih tersisa dan tengah mengalami kepunahan. Ertinya mereka masih tetap ada (pada masa penciptaan Adam) sebagaimana disebutkan oleh sebahagian ulama.[9] 

Salah seorang ulama kontemporer terkait dengan pernikahan anak-anak Adam berkata, “Di sini juga terdapat kemungkinan lain bahawa anak-anak Adam menikah dengan manusia-manusia yang tersisa dari generasi sebelum Adam kerana sesuai dengan riwayat Adam bukanlah manusia pertama yang hidup di muka bumi. 

Penelitian ilmiah manusia hari ini menunjukkan bahawa genus manusia kemungkinan telah hidup di muka bumi semenjak beberapa juta tahun sebelumnya, padahal sejarah kemunculan Adam hingga masa sekarang ini tidak terlalu lama (kurang lebih 7000 tahun). Kerana itu kita harus menerima bahawa sebelum Adam terdapat manusia-manusia lainnya yang hidup di muka bumi yang tatkala kemunculan Adam tengah mengalami kepunahan. Apa halangannnya anak-anak Adam menikah dengan manusia dari salah satu generasi sebelumnya yang masih tersisa?”[10]

Tentu saja tidak terdapat keraguan bahawa Nabi Adam adalah manusia pertama dari generasi yang ada sekarang ini.

Al-Quran nampaknya menegaskan bahawa generasi yang ada sekarang ini berasal dari ayah dan ibu yang berujung pada satu ayah (bernama Adam) dan satu ibu (yang dalam beberapa riwayat dan Taurat bernama Hawa) dan kedua manusia ini adalah ayah dan ibu seluruh manusia. 

Demikian juga ayat-ayat berikut menyokong makna ini, “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).” (Qs. Al-Sajdah [32]:8); “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang manusia) , maka jadilah dia.” (Qs. Ali Imran [3]:59); “(Ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (Qs. Shad [38]:71 & 72)

Seperti yang Anda saksikan ayat-ayat yang telah dikutip memberikan kesaksian bahawa sunnah Ilahi menjamin lestarinya generasi manusia melalui pembuahan sperma namun penciptaan dengan sperma ini terjadi setelah dua orang dari jenis ini (manusia sekarang ini) diciptakan dari tanah liat dan Dia menciptakan Adam kemudian setelah Adam isterinya yang diciptakan dari tanah liat (dan setelah memiliki badan dan alat-alat reproduksi, Allah menciptakan anak-anaknya dengan menciptakan sperma pada badan Adam dan isterinya). Kerana itu, tidak terdapat keraguan bahawa generasi manusia (sekarang ini) berujung pada Adam dan istrinya berdasarkan bentuk lahir ayat-ayat yang disebutkan di atas.[11]

Adapun pertanyaan berikutnya apakah di antara generasi tersebut terdapat seorang nabi? Apakah mereka juga termasuk orang-orang yang memiliki keintelektualan? Kita tidak menemukan penjelasan tentang hal ini dalam ayat-ayat al-Quran dan riwayat-riwayat. Namun mengingat bahawa mereka sama dengan kita, manusia (atau Nisnas) maka dari sisi ini kita sama dengan mereka. Dan tentu saja mereka memiliki keintelektualan dan kecerdasan serta sangat boleh jadi dapat dikatakan bahawa untuk membimbing mereka diutuslah nabi atau nabi-nabi kepada mereka. [iQuest]


[1]. Muhammad Husain Thabathabai, terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 4, hal. 222, Penerjemah Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, Intisyarat Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, Qum, 1374 S, Cetakan Kelima.  

[2]Ibid, jil. 16, hal. 389.  

[3]. (Qs. Al-Baqarah [2]:30)

[4]. Muhammad Husain Thabathabai, Terjemahan Persia Tafsir al-Mizan, jil. 4, hal. 222 dan 223. 

[5]. Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 11, hal. 117, Muassasah al-Wafa, Beirut, Libanon, 1404 H.
Syaikh Shaduq, al-Khishâl, jil. 2, hal. 652, Hadis 54.  

[6]. Diadaptasi dari Pertanyaan 2999 (Site: 3297)    
[7]. Syaikh Shaduq, Tauhid, jil. 2, hal. 277, Cetakan Teheran.

[8]Al-Khishâl, jil. 2, hal. 639, Hadis 14, Diadaptasi dari Pertanyaan 516 (Site: 563)

[9].  Bagaimanapun tadinya kita (pada masa-masa sebelumnya) tidak memiliki informasi dan referensi ketika para Imam Syiah berkata-kata tentang manusia pra Adam (Bapak Manusia) yang berasal dari manusia-manusia yang telah menjadi fosil. Namun mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hari ini, nilai ucapan-ucapan seperti ini akan difahami lebih baik dan akan lebih mudah memahamkan kepada kita tentang hubungan mereka dengan dunia metafisika.

[10]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 3, hal. 247, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S, Cetakan Pertama; Silahkan lihat, Ya’qub Ja’fari, (Tafsir) Kautsar, jil. 2, hal. 349.

[11]. Muhammad Husain Thabathabai, Terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 4, hal. 224 dan 225.

 Pertanyaan Terkait

3 comments:

Anonymous said...

Rasa rasa aku la, sbgmn hewan hewan purba lupus dan diganti dgn hewan hewan moden skrg, dan sbgmn pokok pokok purba juga lupus dan diganti dgn pokok pokok moden skrg, manusia pun gitu jugak kot ? Manusia manusia purba dah lupus, tinggal kesan kesan jer, diganti dgn manusia moden, yg org pertamanya adalah tok kita Nabi Adam a.s.

Anonymous said...

betul tu,ikut kiraan ahli sains berdasarkan ujian karbon dunia ini dah berusia 40 juta tahun.sedangkan kehidupan manusia sekarang dari adam sampailah sekarang tak sampai pun 40000 tahun.ini bermakna perak man yang berusia 2 juta tahun dan peking man yang juga berusia jutaan tahun serta dinosour hidup pada zaman generasi terdahulu sebelum adam.lebih meyakinkan dialog antara malaikat dan allah seperti yang tercatit dalam al qur'an itu membenarkan teori ini.

Anonymous said...

Rasa rasa aku jugak la,....
Manusia purba tu fizikalnya, nalurinya serupa kita jugak, mmg jenis suka gaduh, penting diri sendiri, tamak dsb. Tu yg mana yg terlampau sampai berbunuh bunuh.
Tp kita manusia moden bermula dr tok kita Nabi Adam a.s. diberi extra akal dan ilmu, dan yg beriman ditmbh lg dgn bimbingan wahyu.