"Kakak, Allah itu dimana?"
Lalu si kakak yang masih berumur 6 tahun menjawab: "Allah itu ghaib sayaaang, tak boleh ditanya di mana tempat-Nya."
Sungguh bijak jawaban kakak ini, lebih bijak daripada orang-orang dewasa yang mengatakan Allah di atas langit. Allah boleh dijumpai dengan pesawat jet yang canggih. Laa haulun wala quwwatun illa Billah.
Saya kira bukan adik kakak ini saja yang sering menanyakan Allah kepada ibunya, tetapi anak2 yang lain pun pasti melakukan hal yang serupa, begitu pula dengan anak kitaa nanti. Kira-kiranya apa ye yang akan kita jawab ketika anak kita bertanya;
"Dimana Allah?"
"Dimana Allah?"
Saya kira ini sangat penting, mengingat pendidikan anak mesti kita lakukan sejak awal, terlebih lagi pendidikan tentang Allah. Subhanallah, alangkah bahagianya kita jika tidak hanya ilmu membaca alquran saja yang kita tanamkan kepada anak-anak, tetapi ilmu tentang Allah jauh lebih penting, agar kelak anak-anak kita bukan hanya menjadi seorang hamba yang qur'ani tetapi juga mejadi seorang insan yang robbani.
وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينََ
"Tetapi jadilah hamba yang mengenal Tuhan…" (Al-Baqarah: 79)
Bahagianya kita jika dari kecil anak-anak kita tidak diajarkan pemahaman yang rosak dan aqidah yang menyimpang tentang Allah.
Jangan seperti saya kecil dulu, saya kira Allah tempatnya di langit, Allah itu seperti Superman, kalau hujan turun saya kira Allah lagi mandi, kalau ada guruh guntur saya kira Allah sedang geser kursi dan sebagainya.
Makanya sekecil apapun kita hindarkan dari Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi segala bentuk dan penyerupaan(tasybih). Jadilah seperti gadis enam tahun tadi yang bijak, yang aku yakin bukan hasil didikan biasa yang juga dari orang biasa, tapi ini adalah hasil tarbiyah dari dua orang tua yang luar biasa.
Untuk memudahkan kita-kita yang awam, maka saya format artikel ini dalam bentuk dialog. Semak dialog antara ibu dengan anak di bawah ini::
Jangan seperti saya kecil dulu, saya kira Allah tempatnya di langit, Allah itu seperti Superman, kalau hujan turun saya kira Allah lagi mandi, kalau ada guruh guntur saya kira Allah sedang geser kursi dan sebagainya.
Makanya sekecil apapun kita hindarkan dari Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi segala bentuk dan penyerupaan(tasybih). Jadilah seperti gadis enam tahun tadi yang bijak, yang aku yakin bukan hasil didikan biasa yang juga dari orang biasa, tapi ini adalah hasil tarbiyah dari dua orang tua yang luar biasa.
Untuk memudahkan kita-kita yang awam, maka saya format artikel ini dalam bentuk dialog. Semak dialog antara ibu dengan anak di bawah ini::
Anak: "Ma, Allah itu dimana ye?"
Ibu: "Allah tidak boleh ditanya dengan "di mana" sayaaang, kerana Allah tidak bertempat. Bahkan Allah sudah ada sebelum tempat diadakan.
Anak: "Yang ngadakan tempat siapa Ma?
Ibu: "Allah lah sayaaang."
Anak: "Tapi tadi pagi, adik waktu maulid di sekolah dengar Ustaz cerita, dulu ada salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang punya hamba,disuruh jaga kambing, eh tak taunya kambingnya dimakan sama serigala. Padahal sahabat itu sudah bersumpah akan menjadikan kambing itu sebagai hadiah untuk Nabi. Terus sahabat itu marah-marah) Ma, hambanya dimarahi"
Ibu: "Kemudian?"
Anak: "Si sahabat itu kesal sangat. Terus dia mahu menjadikan hambanya itu saja sebagai penebus buat kifarat sumpahnya yang tak jadi dilaksanakan gara2 kambingnya sudah dimakan serigala."
Ibu: "Lagi,lagi?" si ibu penasaran.
Anak: "Si sahabat akhirnya mendatangi Nabi Muhammad dan mengadu.
Ibu: "Terus Nabi Muhammad cakap apa?"
Anak: "Nabi Muhammad suruh panggil hambanya itu. Setelah datang, Nabi tanya hamba itu."
Ibu: "Nabi tanya apa ye?"
Anak: "Nabi tanya: "Dimana Allah?" Terus hamba itu menjawab: "Di langit"."
Ibu: "Hamba itu dibebaskan ke?"
Anak: " Ya Ma, hamba itu dibebas oleh Nabi gara2 cakap Allah di langit.
Ibu: "Adik sayaaang, dalam agama kita, syarat hamba dibebaskan untuk menebus sumpah adalah hambanya harus hamba yang mukmin, maksud mama hamba yang beriman, tak boleh hamba yang kafir. Jadi Nabi bukan ingin menanyakan tempatnya Allah dimana, tapi ingin menguji iman si budak tersebut, apakah dia beriman atau tidak."
Anak: "Tapi kenapa tanya "dimana Allah" Ma?"
Ibu: "Kerana Rasulullah ingin menguji iman si hamba, apakah si hamba meyakini Tuhannya adalah Tuhan yang ada di langit; Tuhan yang selalu orang-orang Islam panjatkan doa kepada-Nya itu, atau tuhan yang ada di bumi; tuhan-tuhannya orang-orang musyrik. Kalau hamba jawabnya; di bumi, habislah perkara, bukan mukminlah dia, tak jadi bebaslah dia. Tapi kalau hamba jawabnya di langit, selamatlah hamba itu, maka bebaslah dia"
Anak: "Owh jadi ditanya "dimana", hanya sebagai paradoksi aja ya Ma?
Ibu: "Kamu pintar sayang, betul sekali. Agar si hamba hanya tinggal menjawab apakah yang di bumi atau yang di langit. Tapi maksud Nabi bukan mau menanyakan tempat, namun ada yang lebih penting dari itu; iaitu Tuhan kamu Allah atau berhala? Begitu sayang."
Ibu: "Ada tak di akhir dialog, Nabi tanya dirinya siapa kan pada hamba itu?"
Anak: "Eh iya Ma betul, adik lupa, Nabi bilang sama hamba itu: Aku ini siapa? Terus hamba itu jawab: Engkau adalah utusan Allah."
Ibu: "Naaaaaah, itu dia, itukan bukti bahawa sebenarnya Nabi ingin menanyakan syahadah si hamba itu, bukan menanyakan tempat Allah dimana dengan sebenar-benar tempat. Sekarang mama tanya sama adik, pasangan dua kalimat syahadah: Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah apa?"
Anak: "Asyhadu an Laa ilaha illAllah"
Ibu: "Nah itulah dia bukti iman, yang menjadi syarat seseorang itu beriman atau tidak, bukan tempat Allah ada di mana. Tahu tempat Allah dimana; bukan syarat iman Dik. Adik kalau mau tahu seseorang itu beriman atau tidak, adik mesti tanya siapa Tuhannya dan siapa Rasulnya? Bukan tanya dimana tempat Tuhannya.
Anak: "Hmmm, tapi adik belum puas. Kira-kira, mama punya bukti lain tak untuk menguatkan hujah mama?."
Ibu: "Owh tentu. Sebentar ya mama buka kitab dulu. Nah ini dia:
Hadits-hadits ini sama seperti hadits yang adik ceritakan, cuma berbeza jalur periwayatan dan redaksi saja, tapi maksudnya sama, menceritakan hamba yang menjaga kambing itu:
عن ابن جريج قال: أخبرنى عطاء أن رجلا كانت له جارية فى غنم ترعاها وكانت شاة صفى- يعنى غزيرة فى غنمه تلك- فأراد أن يعطيها نبى الله صلى الله عليه وسلم فجاء السبع فانتزع ضرعها فغضب الرجل فصك وجه جاريته فجاء نبى الله صلى الله عليه وسلم فذكر ذلك له وذكر أنها كانت عليه رقبة مؤمنة وافية قد هم أن يجعلها إياها حين صكها،فقال له النبى صلى الله عليه وسلم: إئتنى بها! فسألها النبى صلى الله عليه وسلم: أتشهدين أن لا إله إلا الله؟ قالت: نعم. وأن محمدا عبد الله ورسوله؟ قالت: نعم. وأن الموت والبعث حق؟ قالت: نعم. وأن الجنة والنار حق؟ قالت: نعم. فلما فرغ، قال: اعتق أو أمسك!
Dari Ibnu Juraij, ia berkata: Aku dikhabarkan oleh `Atha`, bahawasanya seorang laki-laki memiliki seorang hamba perempuan yang dipekerjakannya untuk mengembalakan kambingnya dan kambing-kambing ini merupakan kambing pilihan – yakni dari kambingnya yang banyak itu-. Kemudian ia bermaksud memberikannya (kambing tersebut) kepada Nabi Saw.. Lalu tibalah binatang buas dan menerkam kambingnya.
Si laki-laki kemudian marah dan menampar wajah hamba perempuan itu. Si laki-laki lantas mendatangi Nabi Saw. dan menyebutkan semua yang terjadi kepada Nabi Saw.. Dia juga menyebutkan bahawa ia mesti membebaskan seorang hamba yang beriman sebagai kifarah dan ia bermaksud untuk menjadikan hamba ini sebagai hamba yang dibebaskannya ketika dia menamparnya itu.
Maka Rasul Saw. berkata kepadanya: “Datangkanlah ia kepadaku!”. Rasul Saw. kemudian menanyainya (hamba wanita): “Apakah engkau bersaksi bahawa tidak ada tuhan selain Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “bahawasanya Muhammad adalah utusan Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “kematian serta kebangkitan adalah sesuatu yang haq?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “surga dan neraka dalah haq?” Ia menjawab: “Iya”. Ketika selesai dialog tersebut, Rasul Saw. mengatakan: “Bebaskanlah ia atau tetap bersamamu!” (Hadits riwayat Mushannaf Abdur Razzaq)
Si laki-laki kemudian marah dan menampar wajah hamba perempuan itu. Si laki-laki lantas mendatangi Nabi Saw. dan menyebutkan semua yang terjadi kepada Nabi Saw.. Dia juga menyebutkan bahawa ia mesti membebaskan seorang hamba yang beriman sebagai kifarah dan ia bermaksud untuk menjadikan hamba ini sebagai hamba yang dibebaskannya ketika dia menamparnya itu.
Maka Rasul Saw. berkata kepadanya: “Datangkanlah ia kepadaku!”. Rasul Saw. kemudian menanyainya (hamba wanita): “Apakah engkau bersaksi bahawa tidak ada tuhan selain Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “bahawasanya Muhammad adalah utusan Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “kematian serta kebangkitan adalah sesuatu yang haq?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “surga dan neraka dalah haq?” Ia menjawab: “Iya”. Ketika selesai dialog tersebut, Rasul Saw. mengatakan: “Bebaskanlah ia atau tetap bersamamu!” (Hadits riwayat Mushannaf Abdur Razzaq)
Terus mama masih punya hadits satu lagi, yang ini riwayat Imam Malik:
وَحَدَّثَنِى مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِجَارِيَةٍ لَهُ سَوْدَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَلَىَّ رَقَبَةً مُؤْمِنَةً فَإِنْ كُنْتَ تَرَاهَا مُؤْمِنَةً أُعْتِقُهَا. فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَشْهَدِينَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ؟ ». قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ « أَتَشْهَدِينَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ « أَتُوقِنِينَ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ؟ ». قَالَتْ: نَعَمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَعْتِقْهَا ».
Disampaikan kepadaku oleh Imam Malik: dari Syihab dari `Ubaidillah Bin Abdullah Bin `Uthbah Bin Mas`ud bahawasanya seorang laki-laki dari kalangan Anshar mendatangi Rasul Saw. Dia memiliki seorang hamba wanita berkulit hitam dan berkata:
Wahai Rasul Saw. sesungguhnya saya mesti membebaskan seorang budak beriman, jikalau engkau melihatnya beriman, maka bebaskanlah dia. Maka Rasul Saw. berkata kepadanya (hamba wanita)
“Apakah engkau bersaksi bahawa tidak ada tuhan selain Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “apakah engkau bersaksi bahawasanya Muhammad adalah utusan Allah?” ia menjawab: “Iya”. Dan “apakah engkau meyakini adanya kebangkitan setelah kematian?! Ia menjawab: “Iya”. Rasul Saw. kemudian mengatakan :
“bebaskanlah ia”
Wahai Rasul Saw. sesungguhnya saya mesti membebaskan seorang budak beriman, jikalau engkau melihatnya beriman, maka bebaskanlah dia. Maka Rasul Saw. berkata kepadanya (hamba wanita)
“Apakah engkau bersaksi bahawa tidak ada tuhan selain Allah?” Ia menjawab: “Iya”. Dan “apakah engkau bersaksi bahawasanya Muhammad adalah utusan Allah?” ia menjawab: “Iya”. Dan “apakah engkau meyakini adanya kebangkitan setelah kematian?! Ia menjawab: “Iya”. Rasul Saw. kemudian mengatakan :
“bebaskanlah ia”
Anak: "Huuuh, panjang sangat Ma!! Pening kepala adik baca"
Ibu: "Yeee, kan adik tadi yang minta dalil. Nah jadi riwayat yang adik ceritakan tadi harus kita gabungkan dengan riwayat yang ada sama mama. Setelah kita gabungkan, baru kita ambil kesimpulan. Adik, baca hadits itu tak boleh separuh-separuh, tak boleh satu riwayat saja, tapi harus membaca dan menggabungkan semua riwayat yang berkenaan, agar kita tak salah dan sepihak dalam menyimpulkannya.
Adek: "Owh…i see.. i see)"